CHAPTER 9. MOTIVATING THE WORKFORCE
Karyawan
melakukan pekerjaan dalam bisnis dan berpengaruh besar pada pencapaian tujuan
perusahaan, sebagian besar top manager sepakat bahwa karyawan adalah sumberdaya
paling bernilai bagi perusahaan. Agar mencapai tujuan perusahaan, karyawan
harus memiliki motivasi, kemampuan, dan perlengkapan (training dan peralatan)
untuk melakukan pekerjaannya. Bab ini secara khusus akan membahas tentang
bagaimana memotivasi karyawan.
Apa yang
memotivasi karyawan agar menampilkan kinerja terbaik sesuai tujuan organisasi
secara efektif dan efisien adalah fokus human relations, yaitu studi
tentang perilaku individu dan kelompok dalam organisasi. Human relations
memperhatikan keinginan karyawan, tujuan dan bagaimana usaha mereka untuk
mencapainya, serta dampak keinginan dan tujuan tersebut terhadap kinerja.
Motivasi sendiri
adalah dorongan dari dalam diri yang mengarahkan perilaku seseorang kepada
tujuannya. Motivasi menjelaskan mengapa seseorang berperilaku seperti itu
dan mengapa seseorang menolak berperilaku semacam itu (kurangnya motivasi).
Memotivasi karyawan secara efektif membantu mereka terikat pada pekerjaannya.
Keterikatan termasuk di dalamnya keterlibatan emosional dan komitmen. Memotivasi
karyawan untuk tetap terikat adalah tanggung jawab kunci manajemen.
Salah satu aspek
menonjol dalam human relations adalah moral,
yaitu sikap karyawan terhadap pekerjaannya, pemilik pekerjaan, dan kolega.
Moral tinggi berkontribusi pada tingginya level produktivitas, return yang tinggi pada stakeholder, dan
loyalitas karyawan. Karyawan juga termotivasi
oleh persepsi mereka pada penghargaan intrinsik dan ekstrinsik.
Penghargaan intrinsik adalah kepuasan dan kenikmatan yang dirasakan karena
mencapai tujuan. Sedangkan penghargaan ekstrinsik adalah benefit atau pengakuan
yang diterima dari orang lain. Baik penghargaan intrinsik maupun ekstrinsik
keduanya berkontribusi menstimulasi motivasi karyawan untuk melakukan yang
terbaik dalam pekerjaan.
1.
Perspektif
Sejarah dalam Motivasi Karyawan
A. Teori Klasik Motivasi
Lahirnya
studi human relations dipelopori oleh Frederick W. Taylor, Frank Gilbreth, dan
Lilian Gilbreth. Studi mereka menganalisis bagaimana tenaga kerja melakukan
pekerjaan spesifik dalam usaha untuk meningkatkan produktivitas karyawan. Usaha
ini menjadi aplikasi prinsip ilmiah dari manajemen.
Berdasarkan
teori klasik motivasi, uang adalah satu-satunya motivasi bagi pekerja. Taylor
berpendapat bahwa semakin tinggi upah yang dibayarkan maka produktivitasnya
semakin meningkat. Seperti kebanyakan manager di awal abad 20, Taylor percaya
bahwa kepuasan upah dan keamanan kerja akan memotivasi karyawan bekerja lebih
keras. Namun studi berikutnya menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lain yang
juga penting dalam memotivasi karyawan.
B. The Hawthorne Studies
Elton
Mayo dan tim peneliti dari Harvard University melakukan penelitian mengenai
pengaruh lingkungan fisik perusahaan pada tingkat produktivitas karyawan di
Hawthorne Works Plant of the Western Electric Company. Hasil temuannya cukup
mengejutkan yaitu produktivitas meningkat tanpa memperhatikan kondisi
lingkungan fisik. Kondisi ini dinamakan Hawthorne
Effect.
Ketika
ditanyakan kepada karyawan, mereka menjawab bahwa mereka senang bekerja di sana
karena teman kerjanya bersahabat dan supervisornya melibatkan mereka dalam
pekerjaan dengan kooperatif. Dengan kata lain, kinerja mereka lebih terpengaruh
oleh adanya perhatian dibanding dengan kondisi lingkungan fisik. Temuan ini
menambah faktor lain yang dapat memotivasi karyawan yaitu adanya pemahaman dari
manager mengenai kebutuhan, kepercayaan, dan harapan dari karyawan.
2.
Teori-Teori
Motivasi
A. Teori Hirarki Maslow
Psikolog
Abraham Maslow berteori bahwa manusia memiliki lima kebutuhan dasar:
fisiologis, keamanan, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri, yang kemudian
disebut Hirarki Maslow.
·
Kebutuhan
fisiologis à kebutuhan dasar dan pertama yang
harus dipenuhi, yaitu esensi untuk hidup- air, makanan, tempat tinggal, dan
pakaian. Jika seluruh kebutuhan dasar sudah terpenuhi, maka manusia dapat
beralih ke tahap selanjutnya yaitu keamanan.
·
Kebutuhan
keamanan à terkait dengan melindungi diri
dari kerusakan fisik dan ekonomi. Aksi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
ini yaitu melaporkan tempat kerja jika dirasa membahayakan, menyediakan
peralatan keamanan, dan membeli asuransi. Jika kebutuhan ini sudah terpenuhi,
maka dapat beralih lagi ke tahap selanjutnya yaitu kebutuhan sosial.
·
Kebutuhan
sosial à merupakan kebutuhan manusia untuk
dicintai, berkelompok, dan berteman atau keinginan untuk diterima yang lain.
Cara memenuhi kebutuhan ini misalnya dengan berteman antarkaryawan, bergabung
dalam kelompok, atau menjadi sukarelawan. Setelah kebutuhan sosial terpenuhi,
manusia akan beralih pada kebutuhan yang lebih tinggi yaitu penghargaan.
·
Kebutuhan
akan penghargaan à
terkait dengan saling menghormati antarmanusia. Salah satu aspek penghargaan
adalah kompetisi, yaitu kebutuhan untuk merasa bahwa diri kita bisa melakukan
lebih baik dari orang lain. Kebutuhan akan penghargaan lebih sulit untuk
dipuaskan dibanding dengan memenuhi kebutuhan di level sebelumnya karena tidak
ada bukti yang tangible untuk bisa
dikatakan sukses. Namun, kebutuhan ini dapat dipenuhi melalui penghargaan dan
meningkatnya keterlibatan dalam aktivitas organisasi. Jika manusia sudah merasa
cukup dengan penghargaan yang dimiliki, aktualisasi diri menjadi tujuan besar
dalam hidup.
·
Kebutuhan
aktualisasi diri à
tingkatan hirarki teratas Maslow yaitu menjadi terbaik dengan aktualisasi diri
termasuk memaksimalkan potensi diri. Seseorang yang dirinya teraktualisasi akan
merasa hidup sepenuhnya.
B. Teori Dua Faktor
Herzberg
Tahun 1950an, Frederick
Herzberg mengusulkan teori motivasi yang fokus pada pekerjaan dan lingkungan
tempat kerja. Studi Herzberg berdasarkan berbagai faktor akhirnya menghasilkan
dua faktor yaitu hygiene factors dan motivational factors.
·
Hygiene factors
adalah aspek dari teori motivasi Herzberg yang fokus pada pengaturan
pekerjaan dan bukan konten pekerjaan. Yang termasuk aspek-aspek ini yaitu
tambahan upah, kenyamanan dan kondisi kerja yang aman, kebijakan perusahaan
yang adil, dan keamanan pekerjaan. Aspek motivasi ini tidak membuat karyawan
bekerja lebih giat atau lebih unggul, tetapi setidaknya dapat menurunkan
tingkat ketidakpuasan karyawan terhadap tempat kerja dan menurunkan turnover.
·
Motivational factors
adalah aspek dari teori motivasi Herzberg yang fokus pada konten pekerjaan
itu sendiri. Yang tergolong aspek-aspek ini yaitu penghargaan, pengakuan, keterlibatan,
tanggung jawab, dan promosi jabatan. Dengan memberikan tanggung jawab lebih dan
melibatkan karyawan lebih banyak dalam pekerjaan, mereka termotivasi untuk
bekerja lebih produktif dan berkualitas.
Motivational factor
Herzberg dan hirarki pengakuan serta aktualisasi diri Maslow pada prinsipnya
sama. Untuk meningkatkan produktivitas, manajemen harus fokus dalam memuaskan
kebutuhan karyawan di level yang lebih tinggi (motivational factors) dengan menyediakan kesempatan untuk
memperoleh penghargaan, keterlibatan, dan promosi serta mengakui kinerja
mereka.
C. Teori X dan Teori Y
McGregor
Douglas McGregor
mengontraskan dua pandangan tentang manajemen: pandangan tradisional, disebut
Teori X, dan pandangan humanistis, disebut Teori Y.
Berdasarkan McGregor,
perusahaan yang mengadopsi Teori X memiliki asumsi berikut tentang karyawan:
1.
Rata-rata orang secara
natural tidak suka bekerja dan akan menghindarinya sebisa mungkin.
2.
Kebanyakan pekerja harus
dipaksa, dikontrol, diarahkan, atau diancam dengan hukuman agar mau bekerja
sesuai tujuan organisasional.
3.
Rata-rata pekerja lebih
senang diarahkan dan menghindari tanggung jawab, hanya memiliki sedikit ambisi,
serta menginginkan keamanan.
Manajemen
dengan gaya Teori X fokus pada kebutuhan fisiologis dan keamanan serta
mengabaikan kebutuhan di level yang lebih tinggi pada hirarki Maslow. Gaya
kepemimpinannya autocratic dan
memotivasi karyawan dengan ketakutan.
Sedangkan
pada Teori Y, McGregor memiliki asumsi sebagai berikut:
1.
Pengeluaran untuk fisik
dan mental di dalam pekerjaan adalah alamiah, seperti istirahat.
2.
Orang akan melatih
pengarahan diri dan kontrol diri untuk mencapai tujuan yang mana mereka telah
berkomitmen.
3.
Orang akan berkomitmen
terhadap tujuan saat mereka menyadari bahwa pencapaian tujuan tersebut akan
memberikan personal reward.
4.
Rata-rata orang akan
menerima dan mencari tanggung jawab.
5.
Imajinasi, kepandaian,
dan kreatifitas dapat membantu memecahkan masalah organisasional, tapi
kebanyakan organisasi tidak menggunakan karakter tersebut pada karyawan mereka
secara memadai.
6.
Saat ini organisasi
belum memanfaatkan potensi intelektual karyawan secara optimal.
Manajemen
dengan gaya Teori Y mengarahkan karyawan untuk memenuhi kebutuhan sesuai level
yang lebih tinggi pada hirarki Maslow. Tipe kepemimpinannya demokratis dan
memungkinkan bawahan untuk berpartisipasi dalam prosesnya.
D. Teori Z
Teori Z adalah filosofi
manajemen yang menekankan pada partisipasi karyawan di dalam semua aspek
pembuatan keputusan perusahaan. Dalam organisasi yang mengadaptasi Teori Z,
manager dan karyawan berbagi tanggung jawab; tipe manajemennya partisipatif;
dan pekerjaannya jangka panjang. Pendekatan manajemen ini sesuai dengan yang
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan Jepang dan hasilnya karyawan merasa punya
kepemilikan atas organisasi.
E. Variasi Teori Z
Teori Z kemudian
diadaptasi oleh Amerika Serikat, salah satu adaptasinya adalah quality circles. Quality circles (disebut
juga quality-assurance teams) adalah kelompok
kecil, biasanya beranggotakan 5-8 orang, yang mendiskusikan cara-cara
menurunkan waste, mengeleminasi
masalah, meningkatkan kualitas, komunikasi, dan kepuasan kerja.
F. Teori Keadilan
Teori keadilan
adalah asumsi tentang seberapa banyak orang berkeinginan untuk berkontribusi
dalam suatu organisasi tergantung pada pemikiran mengenai keadilan tentang
reward yang akan mereka peroleh sebagai gantinya. Dalam situasi adil,
seseorang akan menerima reward proporsional dengan kontribusinya pada
organisasi.
Teori
keadilan menjelaskan mengapa banyak konsumen tidak puas dengan kompensasi yang
diterima CEO. Meski pekerjaan yang dilakukan sangat menekan, fakta bahwa CEO
mendapat kompensasi bernilai tinggi, bonus, dan bahkan saham sungguh
dipertanyakan. Akhirnya untuk mengatasi masalah ketidakadilan ini, beberapa
perusahaan kini memperketat kompensasi bagi CEO disesuaikan dengan kinerja
perusahaan.
Karena
isu yang berkaitan dengan teori keadilan cukup subjektif, hal ini menyebabkan
banyak problema. Misalnya terjadi perilaku yang tidak etis atau bahkan illegal
contohnya pencurian properti perusahaan karena merasa tidak adil. Manager harus
berusaha menghindari masalah keadilan ini dengan memastikan reward yang diberikan sesuai dengan
kinerja.
G. Teori Harapan
Psikolog Victor Vroom
mendefinisikan teori harapan sebagai asumsi bahwa motivasi tergantung tidak
hanya pada seberapa banyak orang menginginkan sesuatu tetapi juga seberapa suka
dia mendapatkannya. Seseorang yang menginginkan sesuatu dan memiliki alasan
untuk optimis akan termotivasi secara kuat.
3.
Strategi
Memotivasi Karyawan
A. Modifikasi Perilaku
Modifikasi
perilaku melibatkan perubahan perilaku dan mendorong sikap yang sesuai terkait
dengan konsekuensi-konsekuensi perilaku terhadap perilaku itu sendiri. Konsep
modifikasi perilaku ini dicetuskan oleh B. F. Skinner, yang menunjukkan dua
tipe konsekuensi yang dapat merubah perilaku: penghargaan dan hukuman. Namun, strategi ini tidak terlalu efektif.
Memberi hukuman pada perilaku yang buruk memang hasilnya cepat, tetapi akan
menyebabkan ketidakpuasan dalam bekerja dan tingginya turnover. Secara umum, memberi penghargaan pada perilaku yang dapat
diterima merupakan cara yang lebih efektif untuk merubah perilaku.
B.
Job Design
Herzberg
mengidentifikasi pekerjaan itu sendiri sebagai faktor motivasi. Manager
memiliki beberapa strategi dalam merancang pekerjaan agar dapat meningkatkan
motivasi karyawan.
·
Job
rotation à memungkinkan karyawan untuk
berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain untuk menghilangkan kebosanan
yang terjadi pada job specialization.
Job specialization sering dilakukan
untuk meningkatkan produktivitas, tetapi ada juga dampak negatifnya: karyawan
menjadi bosan, tidak puas, dan prduktivitas pun menurun. Job rotation membuat karyawan merasakan bekerja di bagian yang
berbeda dan melakukan pekerjaan yang berbeda. Pada saatnya, karyawan akan
kembali ke pekerjaan semula dan memulai rotasi kembali.
·
Job
enlargement à menambah tugas lebih banyak
dibanding mengerjakannya secara terpisah. Sama halnya job rotation, job enlargement
juga mengatasi kebosanan pada karyawan dalam bekerja. Orientasi individu dan
motivasi meningkat dengan melakukan pekerjaan baru dan mendapat relasi
pekerjaan baru.
·
Job
enrichment à menggabungkan faktor-faktor
penambah motivasi seperti kesempatan untuk mendapat penghargaan, pengakuan,
tanggung jawab, dan promosi ke dalam pekerjaan. Hal ini tidak hanya dengan
menambah tugas, tetapi juga menambah kontrol dan otoritas terhadap pekerjaan.
Program job enrichment memunculkan
rasa tanggung jawab karyawan dan menyediakan kesempatan untuk berkembang dan
mendapat promosi ketika karyawan dapat melakukan pekerjaan yang lebih
menantang.
·
Flexible
scheduling strategies à
beberapa yang termasuk strategi ini yaitu flextime,
compressed workweek, job sharing,
part-time work, dan telecommuting.
a)
Flextime
adalah program yang memungkinkan karyawan untuk memilih waktu mulai dan
selesai pekerjaannya, selama mereka bekerja dalam periode tertentu. Hal ini
tidak mengurangi jam kerja tetapi memberikan kebebasan pada karyawan untuk
memilih jam kerjanya. Beberapa keuntungan flextime
yaitu bagi karyawan yang juga mengurus keluarga dapat tetap bekerja sekaligus
mengurus keluarganya; karyawan dapat menjalani hidup lebih teratur sesuai gaya
hidupnya; waktu pelayanan konsumen lebih panjang; fasilitas perusahaan
digunakan bergiliran; dan mengurangi kepadatan lalu lintas.
b)
Strategi lain adalah compressed
workweek, yaitu memadatkan jam kerja sehingga dalam seminggu
karyawan bisa jadi hanya masuk empat hari atau bahkan lebih pendek dari jadwal
biasanya lima hari kerja.
c)
Job sharing
membagi satu pekerjaan untuk dua orang atau lebih sehingga karyawan memiliki
waktu untuk mengurus keperluan lain di luar pekerjaannya. Dengan adanya job sharing, perusahaan mendapatkan
keuntungan berupa keterampilan dari dua orang untuk satu pekerjaan, bahkan
seringnya biaya gajinya justru lebih rendah dibanding dengan membayar satu
orang untuk mengerjakan pekerjaan tersebut selama delapan jam.
Jenis flexible scheduling strategies lainnya
yaitu part-time work dan telecommuting. Part-time work biasanya dilakukan oleh karyawan yang memiliki
keperluan atau pekerjaan lain sehingga tidak dapat menjalani pekerjaannya
secara full-time. Sedangkan telecommuting memperbolehkan karyawan
untuk bekerja di rumah maupun di tempat lain di luar kantor selama beberapa
hari namun harus terkoneksi dengan internet, komputer, atau telepon sehingga
dapat terus berkomunikasi.
C. Pentingnya Strategi
Motivasional
Motivasi
merupakan lebih dari sekedar alat bagi manager untuk menjaga loyalitas karyawan
dan mendorong produktivitas. Motivasi adalah proses yang mempengaruhi seluruh
hubungan di dalam organisasi dan banyak area lain seperti pembayaran, promosi, job design, kesempatan training, dan
pelaporan. Karyawan dimotivasi oleh hubungan yang dimiliki dengan
supervisornya, pekerjaannya, dan karakter organisasi. Memotivasi karyawan untuk
meningkatkan kepuasan dan produktivitas adalah fokus penting bagi organisasi
agar tetap kompetitif di dalam persaingan global.
No comments:
Post a Comment