CHAPTER
7. ORGANIZATION, TEAMWORK, AND COMMUNICATION
Struktur organisasi menentukan seberapa
organisasi dalam membuat keputusan dan merespon masalah, serta pengaruhnya pada
sikap karyawan terhadap pekerjaan. Struktur yang sesuai dapat meminimalkan
biaya dan memaksimalkan efisiensi.
Struktur
organisasi juga berkaitan dengan budaya organisasional, yaitu nilai-nilai,
kepercayaan, tradisi, filosofi, aturan, dan role
model dalam berperilaku yang dianut organisasi. Budaya tersebut dapat
ditunjukkan secara formal melalui misi, kode etik, atau memo, tetapi lebih
banyak ditunjukkan secara informal melalui budaya kerja, dress code, dan aktivitas di luar pekerjaan. Budaya organisasi
memastikan bahwa seluruh anggota organisasi membagi nilai-nilai dan aturan
tentang bagaimana bersikap dan menghadapi masalah di dalam organisasi.
Membangun budaya organisasi yang positif menentukan keputusan di bidang
lainnya, termasuk dalam membangun struktur organisasi yang efisien.
1. Membangun
Struktur Organisasi
Pengaturan
atau hubungan posisi di dalam sebuah organisasi disebut struktur. Jarang
ditemukan di dalam suatu organisasi atau bahkan suatu kumpulan individu yang
bekerja bersama tanpa adanya struktur, baik eksplisit maupun implisit. Struktur
organisasi dibangun ketika manager menetapkan tugas dan aktivitas spesifik
kepada individu atau kelompok kerja dan mengkoordinasi bermacam aktivitas yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Struktur
organisasi terbentuk ketika organisasi mulai berkembang dan membutuhkan
individu-individu untuk memegang suatu fungsi atau bertanggungjawab atas
tugas-tugas tertentu. Perkembangan membutuhkan pengorganisasian dengan
menstrukturisasi sumberdaya manusia, fisik, dan keuangan demi mencapai tujuan
secara efektif dan efisien karena dibutuhkan orang-orang yang memiliki
keterampilan tertentu sehingga organisasi membutuhkan struktur formal agar
berfungsi secara efisien.
2. Menetapkan
Tugas
Untuk mencapai tujuan,
manager harus menentukan aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan. Seluruh aktivitas
tersebut perlu dikoordinasikan dan dikontrol. Dua aspek penting dalam
menetapkan tugas-tugas tersebut yaitu spesialisasi dan departementalisasi.
A.
Spesialisasi
Setelah
mengidentifikasi aktivitas yang harus dilakukan, manager kemudian menurunkannya
ke dalam tugas spesifik yang dipegang oleh tiap karyawan. Divisi kecil pekerja
dengan tugas dan karyawan tertentu yang harus mengerjakannya disebut
spesialisasi.
Alasan
melakukan spesialisasi adalah efisiensi. Seseorang bisa bekerja dengan efisien
jika menguasai bidang tertentu dibanding dengan mengerjakan banyak bidang.
Spesialisasi berarti pekerja tidak membuang waktu dengan beralih dari satu
pekerjaan ke pekerjaan lain dan lebih mudah bagi organisasi untuk melakukan pelatihan.
Selain efisiensi, spesialisasi juga dilakukan saat terlalu banyak pekerjaan
untuk dilakukan oleh satu orang.
Terlalu
spesialisasi juga membawa dampak negatif. Karyawan bisa jadi menjadi cepat
bosan dengan pekerjaannya sehingga pada akhirnya kinerjanya menurun. Hubungan
antarkaryawan juga menjadi jauh karena tiap orang fokus dengan pekerjaannya
masing-masing. Job rotation dapat
menjadi alternatif untuk meminimalkan dampak negatif tersebut.
B.
Departementalisasi
Setelah mendelegasikan
tugas kepada tiap individu, manager mengorganisir karyawan-karyawan yang
memiliki tipe pekerjaan sama ke dalam satu grup. Departementalisasi adalah mengelompokkan pekerjaan ke dalam unit
kerja yang disebut departemen, unit, grup, atau divisi. Berikut beberapa bentuk
departementalisasi.
·
Departementalisasi
fungsional à pengelompokan pekerjaan yang
memiliki kegiatan fungsional sama, seperti keuangan, manufaktur, pemasaran, dan
SDM. Setiap fungsi ini dikelola oleh seorang ahli. Kelemahan dari tipe ini
adalah pengambilan keputusannya relatif lambat karena menunggu koordinasi dari
berbagai departemen.
·
Departementalisasi
produk à pengelompokan berdasarkan
produk perusahaan. Misal untuk perusahaan multiproduk seperti Unilever,
karyawan dikelompokkan berdasarkan produk kesehatan, produk laundry, dan
sebagainya. Kegiatan fungsional berada di dalam tiap departemen tersebut.
Konsekuensinya, tiap departemen fokus pada masing-masing produknya dibanding
untuk mencapai tujuan perusahaan keseluruhan. Bentuk departementalisasi ini
lebih mudah untuk dikoordinasikan.
·
Departementalisasi
geografis à pembagian grup berdasarkan
lokasi geografis, seperti provinsi, regional, negara, atau benua, dilakukan
oleh perusahaan multinasional. Hal ini dilakukan agar lebih dekat dengan
konsumen dan dapat memberi respon lebih cepat dan efisien. Namun untuk
mengkoordinasikannya dibutuhkan staf administrasi dalam jumlah besar serta
sistem kendali untuk operasionalnya, dan tugas-tugas perlu diduplikasikan ke
semua regional.
·
Departementalisasi
konsumen à pengaturan pekerjaan
berdasarkan variasi tipe kebutuhan konsumen. Seperti halnya
departementalisasi geografis, tipe ini juga membutuhkan staf administrasi dalam
jumlah besar untuk mengkoordinasikannya karena fokus pada bagiannya sendiri.
3. Menetapkan
Tanggung Jawab
a. Mendelegasikan otoritas,
yaitu memberikan karyawan tidak hanya tugas tetapi juga kuasa untuk membuat
komitmen, menggunakan sumberdaya, dan mengambil tindakan apapun untuk
menyelesaikan tugas tersebut. Misalnya staf HRD bagian payroll harus
mengetahui struktur gaji yang berlaku di perusahaan, mereka diberi otoritas
untuk mengakses data gaji seluruh karyawan perusahaan. Dengan memberikan
otoritas semacam ini kepada karyawan, manager dapat lebih fokus pada isu-isu
yang lebih penting.
Delegasi
juga memberikan tanggung jawab atau obligasi kepada karyawan untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan dengan hasil memuaskan dan akuntabel. Akuntabel artinya prinsip bahwa
karyawan yang menerima penugasan dan otoritas mampu menjawab tentang hasilnya.
Apabila hasilnya di bawah standar yang diharapkan atau melebihi batas waktu
yang ditentukan, maka karyawan tersebut harus siap untuk disalahkan. Sedangkan
jika hasilnya lebih baik, karyawan akan mendapatkan penghargaan.
Proses
delegasi ini mampu membangun hubungan antara atasan dengan bawahan. Namun bukan
berarti atasan akan lepas tanggung jawab sepenuhnya terhadap hasil kerja
bawahan karena yang bertanggungjawab kepada manager di atasnya adalah atasan
tersebut.
b. Derajat sentralisasi,
terdiri atas dua macam yaitu sentralisasi dan desentralisasi.
Sentralisasi
adalah struktur dimana otoritas berpusat pada manajemen puncak, dan sangat
sedikit otoritas dalam pembuatan keputusan diserahkan kepada level yang lebih
rendah. Tanggung jawab yang sifatnya rutin tetap diserahkan kepada level yang
lebih rendah. Tipe organisasi yang sesuai adalah saat keputusan yang diambil
sangat berisiko dan saat manager di bawah kurang mampu dalam membuat keputusan.
Namun sentralisasi berlebihan (overcentralization)
dapat mengakibatkan masalah serius bagi perusahaan karena dibutuhkan waktu
lebih lama dalam implementasi keputusan dan dalam merespon perubahan serta
masalah yang sifatnya regional.
Sebuah
organisasi dimana otoritas pembuatan keputusan didelegasikan sejauh mungkin
dari rantai komando disebut desentralisasi.
Umumnya dilakukan oleh bisnis yang beroperasi di lingkungan yang kompleks dan
sulit diprediksi. Kompetisi bisnis memacu organisasi untuk bereaksi lebih cepat
dan membangun kreatifitas. Mendelegasikan otoritas ke manager yang lebih rendah
dapat meningkatkan produktifitas. Manager level rendah juga dituntut memiliki
keterampilan dalam membuat keputusan yang kuat. Terbukti saat ini tipe
organisasi desentralisasi lebih bisa berkembang dan bertahan menghadapi
lingkungan bisnis yang semakin menantang.
c. Span
of management adalah jumlah
bawahan (subordinates) yang melapor
kepada manager terkait. Wide span of
management terjadi ketika manager membawahi bawahan dalam jumlah besar.
Sedangkan narrow span of management
terjadi ketika manager membawahi bawahan dalam jumlah kecil. Narrow span lebih tepat digunakan saat
atasan dan bawahan hubungannya tidak terlalu dekat, manager memiliki banyak
tugas lain di luar supervisi, interaksi jarang terjadi, dan sering bermasalah.
Sedangkan untuk lingkungan dengan tingkat kedekatan atasan dan bawahan yang
lebih erat, jarang bermasalah, dan bawahan memiliki kompetensi yang memadai, wide span of management lebih tepat
digunakan. Narrow span of management
adalah tipikal sentralisasi, sedangkan wide span of management adalah tipikal
desentralisasi.
d. Tingkatan
organisasional adalah level manajemen dalam
sebuah organisasi. Organisasi dengan tingkatan yang tinggi
(bertingkat-tingkat) bentuknya adalah narrow
span of management karena hanya membawahi sedikit bawahan sehingga
dibutuhkan lebih banyak manager. Akibatnya biaya yang dikeluarkan lebih banyak
dan komunikasi lebih lambat karena harus melewati banyak tingkatan.
Organisasi dengan
tingkatan yang sedikit bentuknya adalah wide
span of management karena jumlah bawahan yang disupervisi banyak. Manager
dalam organisasi dengan tingkatan semacam ini lebih banyak melakukan tugas
administrasi, melakukan supervisi, dan bekerja bersama bawahan.
4. Bentuk-Bentuk
Struktur Organisasi
A.
Struktur
Lini
Struktur
lini merupakan struktur organisasi yang paling sederhana, yang mana garis
langsung otoritas dilanjutkan dari manager puncak ke level terendah dalam
organisasi. Dalam struktur ini, manager dituntut untuk memiliki pengetahuan dan
keterampilan beragam karena mereka bertanggungjawab atas banyak aktivitas.
Biasanya yang menggunakannya adalah usaha kecil.
Gambar
1. Contoh Struktur Lini
B.
Struktur
Line-and-Staff
Sebuah
struktur yang memiliki garis hubungan trasisional antara atasan dengan bawahan
dan juga manager khusus, dinamakan staff
manager, yang membantu manager lini disebut sebagai struktur line-and-staff.
Manager lini fokus pada area keahlian mereka di dalam bisnis, sementara staff
manager menyediakan saran dan dukungan kepada departemen lini berupa hal-hal
khusus seperti keuangan, SDM, dan hukum. Staff manager tidak punya otoritas
langsung atas manager lini maupun bawahan manager lini, tetapi memiliki
otoritas atas bawahan di departemennya. Kelemahan struktur ini adalah adanya
overstaffing dan ambiguitas jalur komunikasi. Karyawan juga kurang memiliki
otoritas dalam melakukan pekerjaannya.
Gambar 2. Contoh
Struktur Line-and-Staff
C.
Struktur
Multidivisional
Semakin
berkembang organisasi, struktur lini tradisional membuat sulit dalam
koordinasi, komunikasi, dan pembuatan keputusan lebih lambat. Cara untuk
mempermudah koordinasi dengan restrukturisasi organisasi ke dalam bentuk
divisi. Struktur multidivisional mengorganisasi
departemen-departemen ke dalam bentuk yang lebih besar yaitu divisi. Divisi
juga disusun sama seperti departementalisasi.
Struktur
multidivisional memungkinkan delegasi otoritas dalam pembuatan keputusan serta
memungkinkan spesialisasi divisi. Dengan adanya delegasi otoritas tersebut keputusan
dapat dibuat lebih cepat dan lebih inovatif serta lebih mudah dalam
mendefinisikan keinginan konsumen. Namun struktur ini memungkinkan adanya
duplikasi pekerjaan yang membuat sulit terjadinya economies of scale.
D.
Struktur
Matriks
Struktur
lain yang mampu mengakomodasi perkembangan organisasi yaitu struktur matriks. Struktur matriks, atau yang disebut
juga struktur manajemen proyek, adalah struktur yang membentuk tim dari
berbagai departemen sehingga menciptakan perpotongan garis otoritas. Dalam
struktur ini karyawan bertanggungjawab kepada dua manager yaitu manager
fungsional dan manager proyek. Sifat struktur ini adalah temporer sehingga
ketika proyek berakhir anggota tim kembali pada manager fungsional
masing-masing. Struktur matriks memberikan fleksibilitas, menciptakan kooperasi
serta kreatifitas, dan membuat respon atas perubahan terjadi lebih cepat. Namun
struktur ini membutuhkan biaya besar serta cukup kompleks sehingga karyawan
sulit memprioritaskan otoritas manager fungsional atau manager proyek.
Gambar
3. Contoh Struktur Matriks
5. Peran
Grup dan Tim Dalam Organisasi
Grup
didefinisikan. sebagai dua atau lebih individu yang saling berkomunikasi satu
sama lain, berbagi identitas yang umum, dan memiliki tujuan umum
Tim
adalah grup kecil yang anggotanya
memiliki keterampilan pelengkap, memiliki tujuan, cita-cita, dan pendekatan
yang umum, serta terikat dalam tanggung jawab bersama.
Semua tim adalah grup,
tetapi tidak semua grup merupakan tim. Di bawah ini adalah perbedaan antara
grup dengan tim.
Tabel. Perbedaan Grup dengan Tim
Grup
|
Tim
|
Memiliki
pemimpin yang kuat dan fokus
|
Berbagi
peran kepemimpinan
|
Memiliki
akuntabilitas individual
|
Memiliki
akuntabilitas individual dan grup
|
Memiliki
tujuan sama sebagai pengembang misi organisasi
|
Memiliki
tujuan spesifik yang ingin dituju oleh tim
|
Menciptakan
produk kerja individu
|
Menciptakan
produk kerja kolektif
|
Menjalankan
pertemuan yang efisien
|
Mendorong
diskusi dan penyelesaian masalah secara aktif
|
Menghitung
efektifitas secara tidak langsung dengan melihat dampaknya pada bidang lain
|
Menghitung
kinerja secara langsung dengan menaksir produk kerja kolektif
|
Diskusi,
memutuskan, dan mendelegasikan
|
Diskusi,
memutuskan, dan mengerjakan pekerjaan secara bersama
|
A.
Komite
Komite
adalah grup formal dan permanen yang mengerjakan tugas spesifik.
Misalnya komite etika dalam organisasi yang berfungsi membuat kode etik,
membuat standar implementasinya, dan melakukan review dalam pelaksanaannya.
B.
Task
Forces
Task forces
adalah grup temporer yang terdiri atas karyawan dan bertanggungjawab membuat
perubahan tertentu. Biasanya anggotanya dari lintas departemen dan level
yang dipilih berdasarkan keahlian.
C.
Tim
Seperti yang telah
didefinisikan sebelumnya, tim membutuhkan kooperasi, sinkronisasi, dan
fleksibilitas dalam kontribusinya. Tim juga menciptakan berbagai solusi lebih
dari individu. Berikut beberapa jenis tim
·
Project
teams à grup yang sama dengan task forces yang secara normal
beroperasi dan memiliki kontrol terhadap pekerjaan proyek spesifik. Contoh
project team yaitu product-development team, tipe khusus project team yang dibentuk untuk merancang, mendesain, dan
mengimplementasikan produk baru. Kadang tim ini menjadi area fungsional dengan
nama penelitian dan pengembangan. Namun sekarang yang menjadi bagian dalam tim
ini merupakan lintas fungsi bahkan melibatkan konsumen untuk tahu keinginan
konsumen yang sebenarnya.
·
Quality-Assurance
Teams à sekelompok kecil pekerja yang bersama-sama
dari seluruh organisasi bekerja untuk menyelesaikan masalah tentang kualitas,
produktivitas, dan pelayanan.
·
Self-directed
Work Teams (SDWT) à
merupakan grup karyawan yang bertanggungjawab atas seluruh proses kerja
pengiriman produk kepada konsumen internal maupun eksternal. SDWT
memungkinkan fleksibilitas dan perubahan yang cepat dalam merespon kompetisi
dan keinginan konsumen karena adanya otoritas yang diberikan untuk
mengimplementasikan pekerjaan tersebut sehingga SDWT dapat menumbuhkan rasa
kepemilikan karyawan terhadap seluruh pekerjaan.
6. Berkomunikasi
Dalam Organisasi
Kesuksesan
berkomunikasi di dalam organisasi menentukan kesuksesan organisasi secara
keseluruhan. Kesalahan dalam komunikasi dapat membuat produktivitas dan
semangat turun. Banyak cara yang digunakan untuk berkomunikasi baik face-to-face maupun melalui teknologi.
a.
Komunikasi
formal
Saluran komunikasi
formal biasanya telah didesain oleh organisasi. Jalur komunikasinya disesuaikan
dengan struktur organisasi sehingga tidak menyalahi otoritas.
Upward communication
merupakan komunikasi dari level rendah kepada level yang lebih tinggi misalnya
untuk melaporkan kemajuan penyelesaian tugas. Downward communication
merupakan komunikasi dari level tinggi ke level lebih rendah, misalnya untuk
pendelegasian tugas atau pemberian feedback
kinerja.
Komunikasi
horizontal meliputi pertukaran informasi antara
sesame kolega dalam level yang sama. Selain itu ada juga komunikasi diagonal yaitu komunikasi antarindividu yang berbeda
level dan departemen. Komunikasi ini dilakukan untuk mengkoordinasikan
pekerjaan yang melibatkan banyak departemen.
b.
Saluran
komunikasi informal
Di
samping komunikasi formal, organisasi juga memiliki jalur komunikasi informal
seperti berkomunikasi antarteman bahkan manajemen dengan bawahan untuk
menghilangkan pembatas. Dalam komunikasi informal ada yang disebut grapevine
yaitu saluran komunikasi informal, terpisah dari formalitas manajemen,
saluran komunikasi resmi. Informasi yang tersebar melalui grapevine bisa terkait dengan pekerjaan
atau organisasi, atau bisa juga gosip atau rumor yang tidak terkait.
Manager
dapat membuat grapevine sebagai
keunggulan bagi mereka misalnya untuk mensosialisasikan kebijakan baru.
Informasi yang tersebar melalui grapevine
juga bisa menjadi masukan bagi manager dalam membuat keputusan.
c.
Komunikasi
pengawasan
Dengan
berkembangnya teknologi khususnya untuk komunikasi, seperti internet, manajemen
dapat memanfaatkannya untuk mengawasi kegiatan yang berlangsung di organisasi. Misal
untuk mengawasi penggunaan komputer oleh karyawan apakah digunakan untuk urusan
di luar pekerjaan.
d.
Meningkatkan
efektifitas komunikasi
Tanpa
komunikasi yang efektif, aktivitas-aktivitas yang berlangsung dapat terhambat.
Salah satu isu utama komunikasi efektif adalah feedback. Jika tidak ada feedback,
maka komunikasi tidak akan efektif dan
berpengaruh pada penurunan kinerja. Oleh karena itu, manajemen selalu mendorong
para karyawan untuk memberikan feedback
pada mereka meski feedback negatif.
Selain itu, karyawan akan merasa bahwa suara mereka didengarkan dan penting
bagi perusahaan.
Komunikasi
diperlukan setiap anggota organisasi agar mereka tahu apa yang diharapkan
organisasi dari mereka. Banyak permasalahan bisnis yang bisa dihindari dengan
adanya komunikasi yang efektif sehingga komunikasi dapat menentukan sukses
tidaknya suatu bisnis.
Artikel: “Imelda
M. Harsono, Kiat Sukses Menjadi Women Leader”
Imelda M. Harsono adalah Direktur Legal, Risk
Management, and Compliance di Aneka Gas Industri (Samator Group) dan membawahi
dua puluh karyawan. Dia bergabung di Samator Group sejak kelulusannya di tahun
2003. Beberapa tanggung jawab yang dipegangnya antara lain negosiasi kontrak commercial dengan pemasok maupun
konsumen, menganalisis resiko dan meminimalkan secara legal, memastikan
pembelian impor sesuai dengan Hukum Internasional yang berlaku, meng-update top
management tentang regulasi terkini, dan menjadi bagian corporate strategic team dengan menciptakan strategi-strategi baru
untuk perusahaan.
Di dalam corporate
strategic team, Imelda mengambil anggota dari orang-orang terbaik dari
divisi-divisi perusahaan dan bukan mengambil dari konsultan. Dalam tim tersebut
ada kebebasan dalam mengungkapkan pendapat tanpa memandang level jabatan
sehingga banyak inovasi yang tercipta selama pertemuan berlangsung karena
begitu banyak ide dan masukan dari semua anggotanya.
Menurut Imelda, kiat suksesnya adalah 3 G: Grit, Grace, dan Gumption. Grit adalah
sikap pantang menyerah; grace
artinya berterimakasih atas segala yang diterima dan menganggap kegagalan
sebagai pembelajaran; gumption
maksudnya berani berpendapat dan berbuat benar walaupun tidak ada dukungan.
Baginya keterampilan dan pengetahuan bagi seorang pemimpin dapat dipelajari
asalkan ada keinginan kuat untuk belajar.
Sumber:
http://swa.co.id/
Pembahasan Artikel
Dari cuplikan artikel di atas, Imelda memegang
jabatan di level middle management karena tanggung jawab yang dimilikinya
terfokus pada bidang legal, risk
management, dan compliance, bukan
posisi yang mengharuskannya bertanggungjawab atas keseluruhan organisasi, serta
dia juga punya tanggung jawab kepada manajemen puncak yaitu meng-update regulasi terkini. Sebagai seorang
pemimpin, Imelda termasuk tipe democratic leader karena memberi
kebebasan dan mendorong anggota timnya untuk berpendapat dan menciptakan
ide-ide baru sebagai bagian dalam pengambilan keputusan yang sifatnya
strategik. Imelda sendiri termasuk manager yang diambil dari lulusan
universitas dan dipersiapkan untuk memegang posisi puncak sehingga nilai-nilai
perusahaan sudah melekat kuat di dalam dirinya karena nilai-nilai itulah yang
dikenalnya sejak awal berkarir.
Di Samator Group sendiri span of management yang digunakan adalah wide span of management
dan bertipe desentralisasi. Hal ini terlihat dari jumlah bawahan Imelda yang
cukup banyak yaitu dua puluh orang dan para staf tersebut memiliki kompetensi
yang memadai sehingga mampu menyumbangkan ide-ide baru bagi perusahaan serta
hubungan kedekatan antara Imelda dengan bawahannya.
Selain
itu, Samator Group sudah menggunakan peran tim dalam penyelesaian pekerjaannya
yaitu dengan adanya corporate strategic
team yang diikuti oleh Imelda. Tim ini berperan menciptakan
strategi-strategi baru bagi perusahaan dan fungsinya hampir sama dengan
penelitian dan pengembangan sehingga menurut pendapat penulis dapat
dikategorikan sebagai project team.
Komunikasi yang berlangsung di dalam tim Imelda ini adalah komunikasi diagonal karena semua anggota tim dapat berbicara
langsung satu sama lain tanpa memandang level maupun departemen.
No comments:
Post a Comment