CHAPTER
6. THE NATURE OF MANAGEMENT
Bagi organisasi, baik berskala besar maupun kecil,
baik yang berorientasi pada profit maupun non-profit, memiliki tujuan utama
yang harus dicapai. Organisasi membutuhkan perencanaan, pengorganisasian, dan
pengaturan untuk mengkoordinasi fungsi-fungsi dalam mengelola operasional,
keuangan, sumberdaya manusia, dan sebagainya sehingga dapat berjalan dengan
baik dan mencapai tujuan tersebut.
Manajemen
adalah suatu proses yang didesain untuk mencapai tujuan organisasi dengan
menggunakan sumberdaya yang dimilikinya secara efektif dan efisien dalam
menghadapi perubahan lingkungan. Individu dalam organisasi yang membuat
keputusan terkait penggunaan sumberdaya dan fokus pada perencanaan,
pengorganisasian, kepegawaian, pengarahan, dan pengontrolan manajemen disebut manager. Peranan manajemen dalam
organisasi sangat penting terkait dengan pengelolaan sumberdaya demi mencapai
tujuan. Oleh karena itu pembahasan dalam bab ini menjelaskan mengenai berbagai
fungsi, level, dan area manajemen di dalam bisnis.
1. Fungsi-Fungsi
Manajemen
A.
Perencanaan
(Planning)
Proses menentukan tujuan organisasi dan memutuskan
bagaimana cara mencapainya disebut perencanaan. Proses ini merupakan
fungsi pertama dalam manajemen yang meramalkan dan menentukan pilihan-pilihan
tindakan untuk mencapai tujuan tersebut. Namun sebelum menentukan tindakan,
organisasi perlu menentukan apa yang akan dicapai melalui misi, cita-cita, dan
sasaran.
Misi adalah
pernyataan yang memuat tujuan fundamental dan filosofi dasar organisasi. Misi
menjawab pertanyaan: “What business are
we in?” Misi yang baik mampu menjelaskan alasan keberadaan organisasi dan
menjawab lima pertanyaan dasar:
·
Siapakah kami?
·
Siapa konsumen kami?
·
Apa filosofi
operasional kami (nilai, etika, dll)?
·
Apa kompetensi dasar
dan keunggulan kompetitif kami?
·
Apa tanggung jawab kami
dalam memberikan pelayanan yang baik bagi lingkungan, keuangan, dan sumberdaya
manusia?
Contohnya adalah misi Starbucks yaitu “to inspire and nurture the human spirit – one person, one
cup and one neighborhood at a time”, yang
kemudian di breakdown kepada our coffee, our partners, our customers, our
stores, our neighborhood, dan our
shareholders.
Cita-cita
(goal) adalah hasil yang diharapkan
akan dicapai. Cita-cita memiliki tiga komponen: atribut yang dicari (profit,
kepuasan konsumen, atau kualitas produk), target yang akan dicapai (penjualan),
dan batas waktu kapan cita-cita tersebut akan terwujud.
Sasaran (objective) adalah hasil akhir yang
diinginkan organisasi, merupakan turunan dari misi. Sasaran terkait dengan
profit, keunggulan kompetitif, efisiensi, dan pertumbuhan. Perbedaan mendasar
antara cita-cita dengan sasaran adalah sasaran merupakan tujuan yang terukur,
misal persentase pertumbuhan aset organisasi atau seberapa banyak profit yang
diharapkan akan diperoleh pada periode tertentu.
Ada tiga tipe rencana untuk pencapaian sasaran:
strategik, taktikal, dan operasional. Manager tertinggi dalam perusahaan
merumuskan rencana strategik yang
menetapkan sasaran jangka panjang dan strategi keseluruhan atau arah tindakan
perusahaan dalam memenuhi misinya. Rencana ini biasanya mengcover kurun waktu satu tahun atau lebih.
Contohnya seperti Starbucks yang memiliki rencana strategik menjadikan Cina
sebagai salah satu negara pemberi pemasukan terbesar bagi Starbucks meski
awalnya sulit diwujudkan. Namun kini Cina telah menjadi pemberi pemasukan
terbesar kedua dan pada tahun 2015 akan bertambah gerainya sebanyak 1500.
Rencana taktikal
adalah rencana jangka pendek yang didesain sebagai implementasi
kegiatan-kegiatan dan sasaran spesifik dalam rencana strategik. Kurun waktu
yang menjadi batas rencana ini adalah satu tahun atau kurang. Karena rencana
taktikal memungkinkan organisasi bereaksi terhadap perubahan lingkungan
sementara perusahaan tetap fokus pada strategi keseluruhan, manajemen secara
rutin harus melakukan peninjauan dan pembaruan. Perbedaan antara rencana
strategik dan taktikal ada pada aktivitas yang dilakukan dalam jangka panjang
dan jangka pendek karena perbedaan kondisi lingkungan yang dihadapi.
Sedangkan rencana
operasional adalah tindakan spesifik yang dilakukan dalam jangka yang
sangat pendek dan dijabarkan secara spesifik apa yang harus dilakukan oleh
individu, kelompok kerja, atau departemen untuk mencapai rencana taktikal dan
terakhir rencana strategik.
Elemen lain dalam perencanaan yaitu manajemen krisis atau perencanaan ketidaktentuan, elemen
perencanaan yang memuat tentang potensi adanya bencana seperti pemalsuan
produk, kebakaran, gempa bumi, virus komputer, atau kecelakaan pesawat maupun
kerusakan secara etika atau legal.
B.
Pengorganisasian
(Organizing)
Pengorganisasian
adalah menstrukturisasi sumberdaya dan aktivitas untuk pencapaian tujuan
secara efisien dan efektif. Perencanaan yang telah dibuat oleh manager
kemudian di-breakdown kepada
unit-unit di bawahnya hingga ke masing-masing individu. Dengan adanya
strukturisasi, organisasi dapat memperjelas tingkatan otoritas, meningkatkan
komunikasi, menjauhkan dari duplikasi sumberdaya, dan meningkatkan kompetisi
dengan mempercepat pembuatan keputusan.
C.
Kepegawaian
(Staffing)
Ketika manager memutuskan pekerjaan yang akan
dilakukan dan bagaimana pengorganisasiannya, manager harus memastikan ada cukup
karyawan untuk melakukan tugas-tugas tersebut. Memilih orang-orang untuk
melakukan pekerjaan dalam organisasi dikenal sebagai staffing. Selain merekrut
karyawan, manager juga harus menentukan keterampilan yang dibutuhkan untuk
pekerjaan tertentu, bagaimana memotivasi dan melatih karyawan, berapa banyak
gaji yang diberikan, benefit apa yang disediakan, dan bagaimana mempersiapkan
karyawan untuk memegang pekerjaan dengan level yang lebih tinggi di kemudian
hari. Hal-hal tersebut merupakan bagian dari staffing.
Downsizing
juga merupakan bagian dari staffing
yaitu mengeleminasi karyawan dalam jumlah besar dari perusahaan. Downsizing terkadang perlu dilakukan
untuk menurunkan biaya secara cepat dan membuat perusahaan lebih profitable dalam waktu singkat.
Pembahasan mengenai downsizing cukup dramatis bagi karyawan maupun manager
karena terkait dengan kehidupan banyak orang. Komunikasi yang tulus, kejujuran,
dan optimisme perlu dimiliki oleh manager untuk bisa meminimalkan kritik
terkait downsizing.
D.
Pengarahan
(Directing)
Setelah melakukan staffing, manajemen harus melakukan pengarahan yaitu memotivasi dan memimpin karyawan untuk mencapai
sasaran organisasi. Pengarahan yang baik termasuk memberitahu karyawan apa
yang harus dikerjakan dan kapan harus menyelesaikan pekerjaan tersebut, serta
memberikan dorongan untuk mengerjakannya.
Motivasi yang diberikan manager dapat berupa
insentif berupa kenaikan atau promosi bagi mereka yang melakukan pekerjaannya
dengan baik. Namun sebagian besar karyawan menginginkan lebih dari sekedar
uang: mereka perlu mengetahui bahwa pemberi kerja menghargai ide dan masukan
mereka sehingga karyawan merasa lebih dihargai jika pemberi kerja melibatkan
karyawan lebih banyak lagi.
CEO Starbukcs mencoba fokus dan memberikan perhatian
kepada karyawannya. Ketika mengunjungi salah satu gerainya, ia akan membantu
barista yang bekerja. Meski bukan merupakan benefit, tetapi hal ini cukup
membuat karyawan merasa dihargai dan tentunya dapat meningkatkan motivasi bagi
karyawan dalam bekerja.
E.
Pengontrolan
(Controlling)
Pengontrolan
adalah proses mengevaluasi dan mengoreksi aktivitas-aktivitas agar
organisasi tetap terarah. Kontrol terdiri atas lima aktivitas: (1) mengukur
kinerja, (2) membandingkan kinerja saat ini dengan standar dan tujuan, (3)
mengidetifikasi penyimpangan dari standar, (4) menginvestigasi penyebab
penyimpangan, (5) mengoreksi tindakan saat diperlukan.
Pengontrolan dan perencanaan berhubungan erat karena
fungsi pengontrolan membantu manager menilai kesuksesan dari perencanaan
mereka. Selain itu pengontrolan juga membantu manager dalam mengatasi masalah
yang berasal dari luar perusahaan. Jika perusahaan dipandang negatif, maka
proses kontrol digunakan untuk menentukan mengapa terjadi dan mengarahkan
respon perusahaan.
2. Tipe-Tipe
Manajemen
A.
Level
Manajemen
Banyak organisasi memiliki multilevel manajemen
yaitu top management, middle management, dan first-line management.
Top management
(manajemen puncak) terdiri atas presiden dan eksekutif top lainnya dalam bisnis
seperti CEO, CFO, dan COO yang bertanggungjawab atas keseluruhan organisasi. Manajer
puncak bertugas membuat perencanaan. Mereka membuat keputusan strategik yang
fokus pada skema keseluruhan organisasi atau yang sifatnya mengelola
sumberdaya. Karena begitu pentingnya keputusan yang diambil oleh manajemen
puncak, manager puncak umumnya wajib memiliki berbagai pengalaman dalam waktu
lama dan berhak atas upah serta insentif terbesar dalam perusahaan.
Middle management
bertanggungjawab atas rencana taktikal yang merupakan implementasi arahan dari
manajemen puncak, sehingga tanggung jawab mereka lebih fokus dan sempit dari
manajemen puncak. Manager divisi dan manager departemen termasuk middle management.
First-line management
melakukan supervisi kepada karyawan dan operasional harian dalam organisasi.
Mereka bertanggungjawab terhadap implementasi rencana yang dibuat oleh middle management dan mengarahkan
kinerja harian karyawan dalam pekerjaan. Mereka menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk pengarahan dan pengontrolan. Nama pekerjaan yang biasa digunakan
antara lain supervisor dan foreman.
B.
Area
Manajemen
Fungsi-fungsi dasar
dalam manajemen.
·
Manajemen keuangan,
fokus dalam memperoleh sumberdaya keuangan yang dibutuhkan organisasi. Tanggung
jawab manager keuangan antara lain memproyeksi pendapatan dan pengeluaran dalam
suatu periode, menentukan kebutuhan keuangan jangka pendek maupun panjang,
mengidentifikasi dan menyeleksi cara investasi terbaik, memonitor arus
keuangan, serta melindungi sumberdaya keuangan organisasi.
·
Manajemen produksi dan
operasi, membangun dan mengurus
aktivitas-aktivitas yang termasuk dalam proses perubahan sumberdaya menjadi
barang, jasa, dan ide yang siap untuk dipasarkan. Seluruh proses produksi mulai
dari merencanakan dan membangun fasilitas produksi, mengelola sediaan,
mengelola bahan mentah, dan memastikan kualitas produk merupakan fungsi
manajemen produksi dan operasi.
·
Manajemen sumberdaya
manusia, memegang fungsi kepegawaian atau staffing dan berhubungan dengan karyawan
secara formal. Manager sumberdaya manusia bertugas menentukan kebutuhan
personel, merekrut karyawan baru, membangun dan mengurus benefit bagi karyawan,
pelatihan, program penilaian kinerja, serta berhubungan dengan aturan
pemerintah terkait tenaga kerja.
·
Manajemen pemasaran,
bertanggungjawab untuk perencanaan, penentuan harga, dan promosi produk serta
membuatnya tersedia bagi konsumen melalui distribusi. Di dalam pemasaran,
terdapat beberapa area spesialisasi: pembangunan produk dan manajemen,
penentuan harga, promosi, dan distribusi. Pekerjaan yang terkait dengan
pemasaran antara lain penelitian pemasaran, periklanan, retail, dan pemasaran
digital.
·
Manajemen teknologi informasi
(TI), bertanggungjawab atas implementasi,
memelihara, dan mengontrol aplikasi teknologi dalam bisnis, seperti jaringan
komputer. Salah satu tugas utama manajemen TI adalah mengamankan sistem
komputer dari pengguna yang tidak terotorisasi serta membuat sistem yang mudah
digunakan oleh karyawan, pemasok, dan pihak lain yang berhak mengakses sistem
tersebut. Manager TI juga bertanggungjawab mengajarkan dan membantu karyawan
menggunakan teknologi secara efisien melalui pelatihan. Pada banyak perusahaan,
beberapa aspek manajemen TI diserahkan kepada pihak ketiga yang berpengalaman
agar lebih efisien.
·
Manajemen administratif,
mengelola keseluruhan bisnis atau segmen mayoritas pada bisnis. Beberapa
manager dikoordinasi aktivitasnya oleh manager administrasi sehingga sering
disebut sebagai general manager.
Meski seorang generalis, bukan berarti manager administrasi kurang ahli di
semua area. Banyak eksekutif top dulunya merupakan manager keuangan, produksi,
atau pemasaran, namun sebagian besar top
manager merupakan manager administrasi karena memahami seluruh area
manajemen.
3. Keterampilan
Yang Perlu Dimiliki Manager
A.
Kepemimpinan
Kepemimpinan
adalah kemampuan mempengaruhi karyawan untuk bekerja sesuai cita-cita
organisasional. Pemimpin yang kuat mengelola dan memperhatikan budaya
organisasi serta kebutuhan konsumennya.
Manager
sering diklasifikasikan dalam tiga tipe berdasarkan tipe kepemimpinannya. Autocratic
leader membuat semua keputusan dan kemudian memberitahukan kepada
karyawan apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya. Democratic
leader melibatkan karyawan dalam membuat keputusan. Biasanya pemimpin
tipe demokratis menyampaikan situasi dan mendorong bawahannya untuk
menyampaikan ide terkait kemudian mempertimbangkan ide-ide tersebut dalam membuat
keputusan. Free-rein leader membiarkan karyawan bekerja tanpa banyak
campur tangan. Mereka menetapkan standar kinerja dan mengizinkan karyawan untuk
bekerja sesuai gaya masing-masing dalam memenuhi standar tersebut.
Efektifitas
autocratic, democratic, dan free-rein tergantung pada kondisi
masing-masing organisasi terutama kondisi karyawan. Autocratic sesuai digunakan bagi organisasi dengan karyawan yang
tidak berkemampuan dan tidak bermotivasi serta membutuhkan kecepatan dalam
mengambil keputusan. Sementara democratic
dan free-rein sesuai untuk organisasi
dengan karyawan yang memiliki kemampuan dan motivasi tinggi serta membutuhkan
keputusan yang berkualitas untuk tugas penting.
B.
Keahlian
teknis
Pengetahuan dan
pelatihan khusus yang dibutuhkan dalam area manajemen terkait
disebut sebagai keahlian teknis.
Bagi first-line manager, keahlian
teknis sangat dibutuhkan karena lingkup kerjanya sangat berkaitan dengan
hal-hal teknis dan spesifik. Sedangkan bagi manajemen puncak keahlian teknis
tidak terlalu diperlukan karena lingkup kerjanya general.
C.
Keterampilan
konseptual
Keterampilan
konseptual adalah kemampuan berpikir abstrak
dan melihat bagaimana bermacam-macam bagian dalam organisasi dapat berjalan
selaras menjadi satu kesatuan. Keterampilan ini sangat dibutuhkan oleh
manajemen puncak karena menentukan langkah organisasi di masa depan.
D.
Keterampilan
analisis
Kemampuan untuk
mengidentifikasi isu-isu relevan dan menyadari seberapa penting isu tersebut,
memahami hubungan di antaranya, dan mengamati penyebab terjadinya situasi
tersebut dinamakan keterampilan analisis. Keterampilan analisis sangat dibutuhkan oleh
seluruh level manager, terutama top manager, karena diperlukan dalam
mengidentifikasi faktor penting dan penyebab suatu kondisi sehingga dapat
diambil tindakan terbaik. Untuk menjadi analitis perlu berpikir secara luas
tentang suatu isu dan mempertimbangkan berbagai opsi sebelum mengambil
tindakan. Oleh karena itu, keterampilan analisis diperlukan dalam menghadapi
situasi yang kompleks atau sulit dan kadang solusinya tidak jelas, misalnya
untuk mengatasi isu etika.
E.
Keterampilan
hubungan dengan orang lain
Kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain baik di dalam maupun luar organisasi sangat
menunjang kesuksesan seorang manager karena dalam menjalankan pekerjaannya,
manager selalu berhubungan dengan pihak lain.
Ada
sebuah ungkapan bahwa pemimpin itu tidak dilahirkan tetapi diciptakan. Dalam
memutuskan seseorang sebagai manager, organisasi punya tiga cara: mempromosikan
karyawan yang ada, mengambil manager dari organisasi lain, atau mengambil
langsung dari lulusan universitas.
Dengan mempromosikan karyawan sebagai manager, hal
ini dapat memacu motivasi karyawan untuk bekerja lebih baik lagi. Selain itu,
manager yang berasal dari dalam organisasi tentunya sudah memahami nilai dan
budaya organisasi sehingga mereka lebih mudah beradaptasi serta dapat mengambil
keputusan yang tidak bertentangan dengan nilai dan budaya organisasi.
Mengambil manager dari organisasi lain lebih efisien
jika dibutuhkan dalam waktu yang singkat karena mereka pada umumnya sudah
memiliki semua keterampilan yang dibutuhkan berkat pengalaman menjadi manager
di organisasi sebelumnya. Selain itu, manager dari luar organisasi diharapkan
dapat memberi ide-ide baru bagi organisasi berdasarkan pengalaman mereka di
luar.
Sementara itu, mengambil manager dari universitas
sangat sesuai bagi organisasi yang mampu membangun managernya sendiri. Para
lulusan dari universitas ini memiliki potensi besar dan belum ‘terkontaminasi’
secara pemikiran sehingga masih mudah dibentuk sesuai dengan keinginan
organisasi.
4. Pembuatan
Keputusan
Berikut
merupakan tahapan dalam pembuatan keputusan bagi manager:
1. Menyadari dan
mendefinisikan situasià
situasi dapat berupa situasi yang negatif (kerugian atau kegagalan produk)
maupun situasi positif (kesempatan untuk meningkatkan penjualan). Manager harus
memperhatikan sinyal-sinyal yang terjadi sehingga dapat segera mengidentifikasi
situasi yang terjadi.
2. Membuat opsi
à
langkah selanjutnya adalah membuat beberapa kemungkinan tindakan yang akan
dilakukan. Kreatifitas dibutuhkan dalam pembuatan opsi ini karena ide-ide baru
dan berguna akan membuat pilihan lebih beragam dan membuka kesempatan lebih
luas untuk solusi tindakan yang lebih baik.
3. Menganalisis opsi
àsetelah
beberapa opsi terbentuk, perlu dianalisis lebih lanjut opsi yang paling sesuai
dengan situasi tersebut dan yang tidak bisa diaplikasikan. Saat
mempertimbangkan opsi-opsi tersebut, pembuat keputusan adanya opsi tambahan
jika ternyata situasi lebih dari yang diperkirakan serta mempertimbangkan
dampaknya terhadap keseluruhan organisasi.
4. Menyeleksi opsi terbaik
à
jika analisis telah dilakukan, maka opsi terbaik harus ditentukan. Pemilihan
opsi terbaik bisa jadi subjektif karena keterbatasan waktu dalam memilih
sehingga pembuat keputusan perlu memperluas wawasannya karena bisa jadi opsi
terbaik merupakan kombinasi dari beberapa opsi yang ada.
5. Implementasi keputusan
à
untuk mengatasi situasi yang terjadi, opsi terpilih harus dilaksanakan.
Implementasinya bisa jadi sederhana atau kompleks, tergantung situasi.
Bagaimanapun manajemen harus siap dengan adanya konsekuensi yang tidak
diharapkan karena terkadang ada hal-hal yang terjadi di luar rencana.
6. Memonitor konsekuensi
yang terjadi à setelah diimplementasikan, manager
perlu menentukan apakah keputusan tersebut berhasil. Tanpa adanya pengawasan
yang baik, keputusan tersebut bisa jadi tidak efisien dan memberikan perubahan
yang berarti. Jika memang hasilnya tidak memuaskan, maka diperlukan analisis
lebih lanjut apakah dari pendefinisian situasi sudah salah dan langkah
selanjutnya yang akan diambil.
5. Realitas
Tentang Manajemen
Manajemen
bukanlah ilmu pasti. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi implementasinya.
Ahli manajemen John P. Kotter mengatakan fungsi-fungsi manajemen dapat
dikategorikan dalam dua aktivitas dasar:
1. Mencari
tahu apa yang harus dilakukan dalam menghadapi ketidakpastian, perbedaan, dan
jumlah informasi relevan yang sangat besar.
2. Melakukan
hal yang benar dengan bermacam-macam orang walaupun hanya memiliki kontrol
langsung yang kecil pada sebagian besar dari mereka.
Karena
75 persen aktivitas manager berhubungan dengan banyak pihak, mereka membutuhkan
agenda, yaitu sebuah kalender,
yang memuat baik item-item spesifik maupun yang belum jelas, yang meliputi
cita-cita jangka pendek dan sasaran jangka panjang.
Manager dalam melakukan pekerjaannya menghabiskan
banyak waktu dengan networking, yaitu membangun hubungan dan membagi informasi
dengan kolega yang dapat membantu mereka untuk memenuhi item dalam agenda
tersebut.
Pada
akhirnya manager menghadapi dan berkonfrontasi dengan lingkungan yang kompleks
dan memberikan tantangan yang sulit dalam dunia bisnis saat ini. Meski banyak
teknologi yang dapat membantu mereka dalam pembuatan keputusan, kreatifitas dan
imajinasi adalah syarat terbentuknya keputusan yang efektif bagi organisasi.
No comments:
Post a Comment